2. IMAM MUSLIM
Pertumbuhan beliau
Nama: Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi
Kuniyah beliau: Abdul Husain
Nasab beliau:
1.
Al Qusyairi; merupakan nisbah kepada Qabilah afiliasi beliau, ada
yang mengatakan bahwa Al Qusyairi merupakan orang arab asli, dan ada
juga yang berpendapat bahwa nisbah kepada Qusyair merupakan nisbah
perwalian saja
2. An Naisaburi; merupakan nisbah yang di
tujukan kepada negri tempat beliau tinggal, yaitu Naisabur. Satu kota
besar yang terletak di daerah Khurasan
Tanggal lahir: para
ulama tidak bisa memastikan tahun kelahiran beliau, sehingga sebagian
mereka ada yang berpendapat bahwa tahun kelahirannya adalah tahun 204
Hijriah, dan ada juga yang berpendapat bahwa kelahiran beliau pada tahun
206 Hijriah.
Ciri-ciri beliau: beliau mempunyai perawakan yang tegap, berambut dan berjenggot putih, menjuntaikan ujung ‘imamahnya diantara dua punggungnya.
Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Sesungguhnya
lingkungan tempat tumbuh imam Muslim memberikan peluang yang sangat
luas untuk menuntut ilmu yang bermanfa’at, karena Naisabur merupakan
negri hidup yang penuh dengan peninggalan ilmu dari pemilik syari’at.
Semua itu terjadi karena banyaknya orang-orang yang sibuk untuk
memperoleh ilmu dan mentransfer ilmu, maka besar kemungkinan bagi orang
yang terlahir di lingkungan masyarakat seperti ini akan tumbuh dengan
ilmu juga. Adanya kesempatan yang terpampang luas di hadapan Imam Muslim
kecil untuk memetik dari buah-buah ilmu syariat tidak di sia-siakannya.
Maka
dia mendengar hadits di negrinya tinggal pada tahun 218 Hijriah dari
gurunya Yahya bin Yahya At Tamimi, pada saat itu umurnya menginjak empat
belas tahun.
Dan bisa juga orang tuanya serta keluarganya
mempunyai andil dalam memotifasinya untuk menuntut ilmu. Para ulama
telah menceritakan bahwa orang tuanya, Al Hajaj adalah dari kalangan
masyayikh, yaitu termasuk dari kalangan orang yang memperhatikan ilmu
dan berusaha untuk memperolehnya.
Muslim mempunyai kesempatan
untuk mengadakan perjalanan hajinya pada tahun 220 Hijriah. Pada saat
keluar itu dia mendengar hadits dari beberapa ahli hadits, kemudian dia
segera kembali ke negrinya Naisabur.
Rihlah beliau
Rihlah
dalam rangka menuntut hadits merupakan syi’ar ahlul hadits pada
abad-abad pertama, karena terpencarnya para pengusung sunnah dan atsar
di berbagai belahan negri Islam yang sangat luas. Maka Imam Muslim pun
tidak ketinggalan dengan meniti jalan pakar disiplin ilmu ini, dan
beliau pun tidak ketinggalan dalam ambil bagian, karena dalam sejarah
beliau tertulis rihlah ilmiahnya, diantaranya;
Rihlah pertama;
rihlah beliau untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 220 hijriah, pada
saat dia masih muda belia, pada saat itu beliau berjumpa dengan
syaikhnya, Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi di Makkah, dan mendengar
hadits darinya, sebagaimana beliau juga mendengar hadits dari Ahmad
binYunus dan beberapa ulama hadits yang lainnya ketika di tengah
perjalanan di daerah Kufah. Kemudian kembali lagi ke negrinya dan tidak
memperpanjang rihlahnya pada saat itu.
Rihlah kedua; rihlah kedua
ini begitu panjang dan lebih menjelajah kenegri Islam lainnya. Rihlah
ini di mulai sebelum tahun 230 Hijriah. Beliau berkeliling dan
memperbanyak mendengar hadits, sehingga beliau mendengar dari bayak ahli
hadits, dan mengantarkan beliau kepada derajat seorang imam dan
kemajuan di bidang ilmu hadits.
Beberapa negri yang beliau masuki, diantaranya;
1. Khurasan dan daerah sekitarnya
2. Ar Ray
3. Iraq; beliau memasuki Kufah, Bashrah dan Baghdad.
4. Hijaz; memasuki Makkah dan Madinah
5. Asy Syam
6. Mesir
Guru-guru beliau
Perjalanan
ilmiah yang dilakukan imam Muslim menyebabkan dirinya mempunyai banyak
guru dari kalangan ahlul hadits. Al Hafizh Adz Dzahabi telah menghitung
jumlah guru yang diambil riwayatnya oleh imam Muslim dan dicantumkan di
dalam kitab shahihnya, dan jumlah mereka mencapai 220 orang, dan masih
ada lagi selain mereka yang tidak di cantumkan di dalam kitab shahihnya
Diantara guru-guru beliau yang paling mencolok adalah;
1. Abdullah bin Maslamah Al Qa’nabi, guru beliau yang paling tua
2. Al Imam Muhammad bin Isma’il Al Bukhari
3. Al Imam Ahmad bin Hambal
4. Al Imam Ishaq bin Rahuyah al Faqih al Mujtahid Al Hafizh
5. Yahya bin Ma’in, imam jarhu wa ta’dil
6. Ishaq bin Manshur al Kausaj
7. Abu Bakar bin Abi Syaibah, penulis buku al Mushannaf
8. Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi
9. Abu Kuraib Muhammad bin Al ‘Alaa`
10. Muhammad bin Abdullah bin Numair
11. Abd bin Hamid
Murid-murid beliau
Al
Imam Muslim sibuk menyebarkan ilmunya di negrinya dan negri-negri Islam
lainnya, baik dengan pena maupun dengan lisannya, maka beliau pun tidak
terlepas untuk mendektekan hadits dan meriwayatkannya, sehingga banyak
sekali para penuntut ilmu mengambil ilmu dari beliau.
Diantara murid-murid beliau antara lain;
1. Muhammad bin Abdul wahhab al Farra`
2. Abu Hatim Muhammad bin Idris ar Razi
3. Abu Bakar Muhammad bin An Nadlr bin Salamah al Jarudi
4. Ali bin Al Husain bin al Junaid ar Razi
5. Shalih bin Muhammad Jazrah
6. Abu Isa at Tirmidzi
7. Ibrahim bin Abu Thalib
8. Ahmad bin Salamah An Naisaburi
9. Abu Bakar bin Khuzaimah
10. Makki bin ‘Abdan
11. Abdurrahman bin Abu Hatim ar Razi
12. Abu Hamid Ahmad bin Muhammad bin Asy Syarqi
13. Abu Awanah al-Isfarayini
14. Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan al Faqih az Zahid.
Persaksian para ulama terhadap beliau
1.
Ishak bin Mansur al Kausaj pernah berkata kepada imam Muslim:
“sekali-kali kami tidak akan kehilangan kebaikan selama Allah menetapkan
engkau bagi kaum muslimin.”
2. Muhammad bin Basysyar Bundar
berkata; “huffazh dunia itu ada empat; Abu Zur’ah di ar Ray, Muslim di
An Naisabur, Abdullah Ad Darimi di Samarkand, dan Muhammad bin Isma’il
di Bukhara.”
3. Muhammad bin Abdul Wahhab Al Farra` berkata;
“(Muslim) merupakan ulama manusia, lumbung ilmu, dan aku tidak
mengetahuinya kecuali kebaikan.”
4. Ahmad bin Salamah An
Naisaburi menuturkan; “Saya melihat Abu Zur’ah dan Abu Hatim selalu
mengutamakan Muslim bin al-Hajjaj dalam perkara hadits shahih ketimbang
para masyayikh zaman keduanya.
5. Ibnu Abi Hatim mengatakan: ”
Saya menulis hadits darinya di Ray, dan dia merupakan orang yang tsiqah
dari kalangan huffazh, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah
hadits. Ketika ayahku di Tanya tentang dia, maka dia menjawab; (Muslim)
Shaduuq.”
6. Maslamah bin Qasim al Andalusi berkata; ” tsiqah, mempunyai kedudukan yang agung, termasuk dari kalangan para imam.”
7. Abu Ya’la Al Khalili berkata; “dia sangat familier sekali untuk di sebutkan keutamaannya.”
8. Al Khatib Al Baghdadi berkata; “(dia) merupakan salah seorang a`immah dan penghafal hadits.”
9. As Sam’ani menuturkan; “termasuk salah seorang imam dunia.”
10. Ibnul Atsir berkata; “termasuk salah seorang dari para imam penghafal hadits.”
11. Ibnu Katsir berkata; “termasuk salah seorang dari para imam penghafal hadits.”
12. Adz Dzahabi berkata; ” Imam besar, hafizh lagi mumpuni, hujah serta orang yang jujur.”
Hasil karya beliau
Imam
Muslim mempunyai hasil karya dalam bidang ilmu hadits yang jumlahnya
cukup banyak. Di antaranya ada yang sampai kepada kita dan sebagian lagi
ada yang tidak sampai.
Adapun hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah;
1. Al Jami’ ash Shahih
2. Al Kuna wa Al Asma’
3. Al Munfaridaat wa al wildan
4. Ath Thabaqaat
5. Rijalu ‘Urwah bin Az Zubair
6. At Tamyiz
Sedangkan hasil karya beliau yang tidak sampai kepada kita adalah;
1. Al Musnad al Kabir ‘Ala ar Rijal
2. Al Jami’ al Kabir
3. Al ‘Ilal
4. Al Afraad
5. Al Aqraan
6. Su`alaat Muslim
7. Hadits ‘Amru bin Syu’aib
8. Al Intifaa’ bi`ahabbi as sibaa’
9. Masyayikhu Malik
10. Masyayikhu Ats Tsauri
11. Masyayikhu Syu’bah
12. Man laisa lahu illa raawin waahid
13. Kitab al Mukhadldlramin
14. Awladu ash shahabah
15. Dzikru awhaami al Muhadditsin
16. Afraadu Asy Syamiyyin
Wafatnya beliau
Imam
Muslim wafat pada hari Ahad sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad,
salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H
bertepatan dengan 5 Mei 875. dalam usia beliau 55 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar